Tangerang Selatan, 11 Agustus 2023
Biweekly Talk Edisi 12 - "Academic Integrity in the Age of AI"
Lonjakan penggunaan artificial intelligence (AI) generatif teks baru-baru ini menjadi isu populer di Indonesia. Karya tulis, blog, dan media sosial penuh dengan asumsi dan pertanyaan tanpa jawaban yang jelas. Lebih lanjut, para pegawai kependidikan di Kementerian Keuangan terutama di lingkungan Politeknik Keuangan Negara STAN kemungkinan besar telah berhadapan dengan penggunaan AI generatif teks di kelas. Kehadiran teks yang dihasilkan AI tidak lagi menjadi masalah potensial di masa depan namun telah menjadi isu saat ini.
Penggunaan mesin pencari berbasis AI telah ada cukup lama namun kemudahan penggunaan yang muncul beberapa waktu kebelakang membuat peningkatan jumlah pengguna yang besar. Para tenaga kependidikan dan mahasiswa mulai bergeser untuk menggunakan mesin pencari berbasis AI untuk menemukan informasi secara online dibanding melakukan pencarian manual untuk menemukan teks cetak ataupun digital. Maka dari itu, teks yang dihasilkan AI adalah perubahan besar dalam dunia pendidikan. Hal ini menjadi refleksi penting khususnya bagi akademisi terkait dengan nilai etis dan peran perguruan tinggi dalam menyikapi konsekuensi logis dari teknologi kecerdasan buatan yang tidak dapat dihindari lajunya.
Peran perguruan tinggi menjadi sangat penting sebagai institusi yang menjunjung tinggi integritas akademik. Ditengah gempuran kecerdasan buatan seperti ChatGPT, perguruan tinggi harus dapat menjawab persoalan etis, hak cipta dan lainnya yang menjadi implikasi dari penggunaan kecerdasan buatan yang tidak mungkin untuk dihindari. Beberapa universitas luar negeri seperti Montclair State University memiliki aturan yang sangat jelas dan eksplisit dalam kode etik akademik yaitu dengan mencantumkan pernyataan yang berbunyi ‘Penggunaan kecerdasan buatan saat penugasan dan ujian yang tidak diizinkan oleh pihak yang berwenang termasuk tindakan plagiarisme’. Hal serupa juga dilakukan oleh Cornell University dengan membuat aturan penggunaan kecerdasan buatan yang jelas. Kerangka ini menjadi fondasi yang kuat untuk melindungi integritas akademik bagi seluruh sivitas akademika. (Sandy Arief, 2023).
Di Indonesia sendiri diskusi publik terkait dengan penggunaan kecerdasan buatan menaruh perhatian serius dari kalangan akademisi. Sejauh ini belum ada aturan yang khusus mengatur penggunaan kecerdasan buatan dalam penugasan atau ujian. Aturan yang ada masih bersifat umum membahas kecurangan akademik seperti plagiarisme. Diperlukan aturan yang spesifik sebagai respon terhadap perubahan zaman yang dipengaruhi oleh teknologi yang bergerak secara eksponensial. Tanpa terkecuali Kementerian Keuangan pada umumnya dan PKN STAN khususnya yang akan terus melakukan penyesuaian dan inovasi untuk dapat membangun iklim akademik yang relevan dengan perubahan era.
Berdasarkan hal tersebut, Perpustakaan PKN STAN bersama dengan Pusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (PPPM) menyelenggarakan knowledge sharing untuk memberikan pemahaman lebih lanjut mengenai keterkaitan AI-generated text dan integritas akademik. Knowledge Sharing ini dikemas dalam program Biweekly Talk edisi ke 12. Biweekly Talk merupakan kegiatan rutin yang dilaksanakan oleh PKN STAN dan ditujukan untuk menciptakan tradisi akademik melalui forum diskusi dalam rangka meningkatkan kualitas dan kuantitas pelaksanaan tridarma oleh seluruh civitas academica PKN STAN.
Biweekly Talk ini diisi oleh narasumber Bapak Muhammad David Lung, Senior Professional and Education Services Consultant – Turnitin. Beberapa kesimpulan penting yang didapat dari acara tersebut antara lain:
1. “Mencegah lebih baik daripada mengobati”.
2. Apapun teknologi nya, jika tidak digunakan dengan etika, dapat menjadi buruk.
3. AI memungkinkan mesin untuk melakukan fungsi-fungsi kognitif manusia, AI akan “belajar” seluas-luasnya seiring kenaikan database.
4. AI dapat mendisrupsi beberapa profesi, termasuk educator
Kesempatan untuk belajar bagi educator di pendidikan tinggi.
5. Sebagai educator, para akademisi perlu terus bereksperimen dengan AI tools
6. Kedepannya AI generator akan semakin mainstream, seperti google search, saat ini Google juga telah meluncurkan Bard yang untuk banyak orang akan lebih mudah digunakan.
7. Pada akhir 2023, kemungkinan ChatGPT-5 diluncurkan dengan dataset yang jauh lebih besar.
8. Deteksi penggunaan AI dalam penulisan : cukup akurat, namun dapat terjadi “false positives”.
9. Prediction dari Turnitin tidak bisa dijadikan final representation (judgement tools), dapat digunakan sebagai indikasi tapi bukan harga mati (sama seperti dengan indikasi plagiarism).
Strategi bagi educator yang dapat dilakukan segera antara lain:
1. Meningkatkan kepercayaan diri mahasiswa terhadap karya mereka, salah satunya dengan meningkatkan skills mahasiswa.
2. Memberikan ekspektasi yang jelas dan achievable.
3. Memberikan kesempatan terkait ketersediaan waktu dan manajemen waktu yang baik bagi mahasiswa untuk mengerjakan tugas atau riset.
4. Memberikan edukasi terhadap integritas dan etika penggunaan teknologi untuk meningkatkan kesadaran tentang plagiarism.
5. Classroom conversations terkait AI text generator dan plagiarism antara dosen dan mahasiswa yang berkelanjutan.
6. Normalisasi mahasiswa untuk meminta bantuan.
-AKS